Tiada hari tanpa demo antikenaikan harga BBM (bahan bakar minyak). Kemarin, giliran HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Malang Komisariat Hukum Universitas Brawijaya (UB) turun jalan menyerukan penolakan tersebut.

Peserta aksi yang mengambil start dari kampus UB ini tidak hanya melakukan orasi. Mereka juga melakukan long march ke dua SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum): di Jl Bandung dan Jl Bendungan Sutami.

Di dua SPBU, massa HMI menggalang dukungan dari masyarakat yang sedang mengisi bahan bakar. Termasuk para sopir angkutan umum dan penumpangnya. Caranya dengan meminta membubuhkan tanda tangan menolak kenaikan harga BBM di spanduk.

Beberapa penumpang angkutan terlihat antusias ikut membubuhkan tanda tangan. Mereka mengaku mendukung aksi itu karena kenaikan BBM akan berdampak pada sektor lain. “Wah, sebentar lagi tarif angkutan pasti naik. Mahasiswa seperti saya ini pasti langsung merasakan dampaknya,” kata Restiani, salah satu mahasiswa Unmer Malang. Setelah mendapatkan ratusan tanda tangan, spanduk dibentang.

Korlap Tegar Yusuf Putuhena mengatakan, aksi ini merupakan masa prakondisi. Masih ada demo lanjutan. Penggalangan tanda tangan ini juga dianggap bukti bahwa masyarakat juga menolak kenaikan harga BBM. “Ada sekitar 300 tanda tangan yang sudah kami dapat. Besok (hari ini) akan kami lanjutkan lagi sebelum aksi puncak,” ungkapnya.

Menurut dia, pada 23-25 Mei ada aksi mogok makan di bundaran Jl Veteran. “Puncak aksi 26 Mei. Kami akan bersatu dengan elemen-elemen masyarakat dan mahasiswa lainnya,” ucapnya.

Dalam pernyataan sikapnya, mereka melayangkan beberapa tuntutan terhadap pemerintah. Pertama, menolak kenaikan harga BBM. Kedua, meminta pemerintah melakukan renegosiasi dengan perusahaan asing yang menguasai sektor migas. “harga Kenaikan BBM hanya menambah kesengsaraan rakyat kecil,” tandas Tegar. (jawapos.com)

Tidak ada komentar: